MAKALAH
Ciri,
Jenis, Pendekatan dan Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Psikologi pendidikan
Oleh Kelompok 3
M. Sofanudin tohir Nim 15112110036
SEMESTER 5
Dosen Pembimbing
HALIMATUS SA’DIAH, S.Psi.
NIDN.315130218
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah Swt karena berkat limpahan nikmat dari-Nya sehingga makalah kami yang
berjudul “CIRI, JENIS, PENDEKATAN dan FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR”
dapat diselesaikan, shalawat serta taslim tak lupa kami kirimkan atas junjungan
kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam yang telah membawa ummat ini
dari alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang.
Dalam rangka penyelesaian makalah
ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak yang ikhlas meluangkan waktu,
tenaga dan pikirannya dalam memberikan arahan dan bimbingan pada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Walaupun dengan usaha maksimal telah
kami lakukan, tapi sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan,
oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami dari penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini, dan kiranya makalah ini
dapat memberikan masukan dan informasi kepada semua pihak yang berkaitan dengan
hal ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan
hati, penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Kiranya segala
bantuan pengorbanan yang telah diberikan oleh semua pihak, mendapat ridho dari Allah
Subhanahu Wataala. Amin….
Wassalamu’alaikum
wr.wb
Blokagung,
21 Maret 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Belajar pada hakikatnya
adalah suatu proses menuju hal yang belum anak ketahui dengan cara berinteraksi
dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan maupun lingkungan secara
alami. Disanalah anak akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang akan
membentuk suatu konsep dalam pikiran anak itu sendiri. Ada beberapa ciri-ciri
yang menandakan bahwa seorang anak telah melakukan aktivitas belajar yaitu
diantaranya akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri anak yang meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik; perubahan yang terjadi merupakan
buah dari pengalaman yaitu interaksi antara dirinya dengan lingkungan; dan
perubahan tersebut relative menetap.
Serangkaian kegiatan
yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada anak untuk
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman disebut Pembelajaran. Di
sinilah, pendidik merancang tentang strategi, materi, media, lingkungan
belajar, tujuan serta kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk belajar bagi
anak. Pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan keaktifan anak serta adanya
permainan di dalamnya akan membuat proses belajar menjadi aktif dan tidak
membosankan. Lebih dari itu, pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh anak
akan bertahan lama dan membentuk konsep pada diri anak bahwa belajar adalah hal
yang asyik dan menyenangkan.
B. Rumusan
masalah
Sehubungan dengan latar
belakang yang telah penulis kemukakan, maka penulis merumuskan masalah
a.
Apa sajakah
ciri khas perilaku belajar?
b.
Bagaimanakah
perwujudan perilaku belajar?
c.
Apa sajakah
jenis-jenis belajar?
e.
Faktor-Faktor
apa yang mempengaruhi belajar?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan latar belakang, penulisan makalah ini bertujuan untuk
a. Mengetahui ciri khas perilaku
belajar
b. Mengetahui bagaimana perwujudan
perilaku belajar
c. Mengetahui apa saja jenis-jenis
belajar
d. Mengetahui efisiensi, pendekatan,
dan metode belajar
e. Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
- Ciri
Khas Perilaku Belajar
Setiap
perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri peerubahan yang spesifik.
Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain Psikologi
pendidikan oleh surya (1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar.
Dintara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku bbelajar
yang terpenting adalah :
1)
Perubahan
itu intentensional
2)
Perubahan
itu positif dan aktif
3)
Perubahan
itu efektif dan fungsional
1.
Perubahan
Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses
belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan
disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung
konotasi bahwa siswa menyadari aka nada adanya perubahan yang dialami atau
sekurang-kurangnyaia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti
penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap, pdan pandangan sesuatu, keterampilan
dan seterusnya. Sehubungan dengan itu, perubahan yang diakibatkan mabuk,
gila,dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu yang
bersangkutan tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadaanya.
Di
samping perilaku belajar itu menghendaki perubahan yang disadari juga diarahkan
pada tercapainya perubahan tersebut. Jadi, jika seorang siswa belajar bahasa inggris umpamanya, maka
sebalumnya ia telah menetapkan taraf kemahiran yang disesuaiakan dengan tujuan
pemakaianya. Penetapan ini misalnya apakah bahasa asing tersebut akan ia
gunakan untuk keperluan studi ke luar negeri ataukah untuk sekedar bisa membaca
teks-teks atau literature berbahasa inggris.
Namun perlu pula dicatat bahwa
kesengajaan belajar itu, menurut Anderson (1990) tidak penting, yang penting
cara mengelola informasi yang diterima siswa pada waktu pembelajaran terjadi.
Disamping itu,dari kenyataan sehari-hari juga menunjukan bahwa tidak semua
kecakapan yang kita peroleh merupakan hasil kesengajaan belajar yang kita
sadari.
Sebagai contoh, kebiasaan bersopan
santun di meja makan dan bertegur sapa dengan orang lain, guru, dan orang-orang
baik disekiar kita tanpa disengaja dan disadari. Begitu pula kecakapan
tertentuyang kita peroleh dari pengalaman danpraktik sehari-hari, belum tentu
kita pelajari dengan sengaja. Dengan demikian, dapat kita pastikan bahwa
perubahan intensionalterssebut ”bukan harga mati “ yang harus dibayar oleh anda
dan siswa.
2.
Perubahan
Positif dan Aktif
Perubahan
yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya
baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan.halini juga bermakna bahwa perubahan
tersebut senantiasa merupakan penambahan,yakni diperolehnya sesuatu yang baru
(seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lbih baik daripada apa yang
telah ada sebelunya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan
sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya, bayi yang bisa merangkak
setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri.
3.
Perubahan
Efektif dan Fungsional
Perubahan efektif dan fungsional
yang ditimbulkan Karena proses belajar yang efektif, yakniberhasil guna. Artinya,
perubahan tersebut membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa.
Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa
ia relative menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut
dapat direproduksikan dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional diharapkan dapat
memberi manfaat yang luas misalnyaketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan
diri denagan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Selain itu, perubahan yang efektif
dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya
perubahan-perubahan positif lainya. Sebagai contoh, jika ada seorang siswa
belajar menulis, maka disamping akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam
bentuk tulisan, ia juga akan memperoleh kecakapan lainya seperti membuat
catatan, mengarang surat, dan bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah.
- Jenis
– jenis Belajar
Dalam
proses belajar dikenal adanya
bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan
lainya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragamn jenis belajar ini muncul
dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga
bermacam-macam.
1. Belajar Abstrak
Belajar
abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuanya
adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak
nyata.dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan pernan akal yang kuat
disamping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam
jenis ini misalnya belajar matematika, astronomi,dan juga sebagian materi
bidang studi agama seperti tauhid.
2. Belajar ketrampilan
Belajar
ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan –gerakan motoric yakni
yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neuromuscular. Tujuananya
adalah memperoeh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar
jenis ini latihan-latihan intensif danteratur amat dibutuhkan. Termasuk belajar
dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, music menari melukis, dan juga
sebagian materi pelajaran agama, sepertin ibadah salat dan haji.
3. Belajar Sosial
Belajar
social pada umumnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik
untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuanya adalah untuk menguasai pemahaman
dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah social seperti masalah keluarga,
masalah persahabatan, kelompok, dan masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
Selain
itu, belajar social juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi
kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain
utuk memenuhi kebutuhanya secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang
studi yang termasuk bahanpelajaran social antara lain pelajaran agama dan PPkn.
4.
Belajar
Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarmya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis,
teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan
kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu
kemampuan siswa dalam menguasai konsap-konsep, prinsip-prinsip, dan
generelisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.
5.
Belajar
Rasional
Belajar
rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampun berfikir secara rasional
dan logis (sesuai akal sehat). Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam
kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Dengan belajar
rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan maslah dengan
pertimbangan strategi akal sehat, logis dan sistematis (Reber, 1988).
6.
Belajar
Kebiasan
Belajar
kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau
perbaikan-perbaikan kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain
menggunakan perintah, suri tauladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan
hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan
kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti
selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
7.
Belajar
Apresiasi
Belajar
apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment)
arti penting atau nilai objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan
mengembangkan kecakapan ranah (afektif skill) yang dalam hal ini kemampuan
menghargai secara tepat nilai objek tertentu misalnya apresisai sastra,
apresiasi musik dan lain sebagainya.
8.
Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pegetahuan tertentu. Tujuan belajar
pengetahuan ini adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan
pemahaman terhadap pengatahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan
memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan
alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.
- Ragam
Pendekatan Belajar
a)
Pendekatan
Hukum Jost
Menurut
Reber (1988), salah satu asumsi penting yang mendasari Hukum Jost adalah siswa
yang lebih sering mempraktikan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil
kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni.
Selanjutnya, berdasarkan asumsi Hukum Jost itu maka belajar dengan kiat 5x3
adalah lebih baik daripada 3x5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut
sama.
Maksudnya,
mempelajari sebuah materi atau bidang studi, dengan alokasi waktu 3 jam per
hari selama 5 hari akan lebih efektif daripada mempelajari materi tersebut
dengan alokasi 5 jam sehari tetapi hanya selama 3 hari.
b)
Pendekatan
Ballard & Clanchy
Menurut Ballard
& Clanchy (1990),
pendekatan belajar siswa
pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge). Ada dua macam
siswa dalam nenyikapi ilmu pengetetahuan yaitu:
1)
Sikap
melestarikan materi yang sudah ada (conserving)
Siswa menggunakan pendekatan belajar
“reproduktif” (bersifat menghasilkan
kembali fakta dan informasi).
2)
Sikap
memperluas materi (extending)
Siswa biasanya menggunakan pendekatan belajar
“analitis” (berdasarkan pemilahan dan interpretasi fakta dan informasi). Siswa
cukup banyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu
pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran mendalam), yang bukan saja
bertujuan menyerap pengetahuan melainka juga mengembangkannya.
Ragam Pendekatan Belajar dan Ciri Khasnya
|
||
Reproduktif
|
Analitis
|
Spekulatif
|
Strateginya
- menghafal
- meniru
- menjelaskan
- meringkas
|
Strateginya:
- berfikir kritis
- mempertanyakan
- menimbang
- berargumen
|
Strateginya:
-
sengaja mencari
kemungkinan dan penjelasan baru
-
berspekulasi dan membuat
hipotesis
|
Pertanyaannya:
- apa?
|
Pertanyaannya:
- mengapa?
- Bagaimana?
- Apa betul?
- Apa penting?
|
Pertanyaannya:
-
Bagaimana kalau…?
|
Tujuannya:
- Pembenaran/penyebutan kembali
|
Tujuannya:
- Pembentukan kembali materi ke dalam pola
baru/berbeda
|
Tujuannya:
- Menciptakan pengetahuan
|
c)
Pendekatan Biggs
Menurut hasil penelitian Bigg
(1991), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga prototipe
(bentuk dasar), yakni:
1) Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah)
2) Pendekatan deep (mendalam)
3) Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
John B. Biggs menyimpulkan bahwa prototipe-prototipe
pendekatan belajar tadi pada umumnya digunakan para siswa berdasarkan motifnya,
bukan karena sikapnya terhadap pengetahuan.
Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar
(ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh
karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan
pemahaman yang mendalam.
Sebaliknya, siswa yang menggunakan deep biasanya
mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasa membutuhkannya
(intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami
materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya.
Siswa yang menggunakan pendekatan achieving dilandasi motif ekstrinsik yang disebut “ego-enhancement”. Gaya belajar siswa ini
lebih serius daripada siswa-siswa yang memakai pendekatan-pemdekatan lainnya.
Perbandingan Prototipe Pendeatan Belajar Biggs
Pendekatan Belajar
|
Motif dan Ciri
|
Strategi
|
1.Surface approach (pendekatan permukaan)
|
Ekstrinsik dengan ciri menghindari kegagalan tapi tidak belajar keras.
|
Memusatkan pada rincian-rincian materi dan mereproduksi secara presis.
|
2.Deep approach (pendekatan mendalam)
|
Instrinsik dengan ciri berusaha memuaskan keingintahuan terhadap isi
materi.
|
Memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca dan diskusi
|
3.Achieving approach (pendekatan mencapai prestasi
tinggi)
|
Ego-enhancement dengan ciri bersaing untu meraih nilai prestasi
tertinggi.
|
Mengoptimalkan pengaturan waktu dan usaha (study skill).
|
3)
Metode
Belajar SQ3R
SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan
langkah-langkah mempelajari teks yang meliputi:
a)
Survey,
maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks;
b)
Question,
maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks;
c)
Read,
maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun;
d) Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah
ditemukan;
Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas
pertanyaan yang
tersusun pada langkah kedua dan ketiga.
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Belajar
Secara
global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan
menjadi tiga macam, yakni:
- Faktor
Internal (faktor dari dalam diri siswa)
Faktor yang
berasal dari diri siswa sendiri meliputi
dua aspek, yakni:
a.
Aspek
Fisiologis
Kondisi umum
jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat
menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya
pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap
bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi,
memilih pola istirahat dan olahraga yang ringan secara teratur dan
berkesinambungan.
Kondisi
organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera
penglihat, sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan. Apabila daya pendengaran dan daya penglihatan siswa rendah, akan
menyulitkan sensory register dalam menyerap item-iten informasi yang
bersifat echoic dan econic (gema dan citra). Akan berakibat
terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh system memori siswa tersebut.
Untuk
mengatasi timbulnya masalah mata dan telinga, sebaiknya bekerja sama dengan
pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin (periodic) dari
dinas-dinas kesehatan setempat. Kiat lain yang tak kalah penting ialah
menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana. Tidak perlu
menunjukkan sikap dan alasan mengapa mereka di tempatkan di depan kelas.
Langkah bijaksana ini, perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self
confidence siswa-siswa tersebut. Kemerosotan self-esteem dan self confidence
(rasa percaya diri) seorang siswa akan menimbulkan frustasi.
b.
Aspek
Psikologis
Semua keadaan dan fungsi psikis
tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang bersifat psikis juga.
Beberapa factor psikis yang utama, yang dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajar, ialah:
1)
Intelegensi
Intelegensi
pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat
(Reber, 1988). Jadi, intelegensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan
juga kualitas organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara
pengontrol” hamper seluruh aktivitas. Tingkat kecerdasan (IQ) siswa tak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
2)
Sikap Siswa
Sikap adalah
gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespon (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap
objek, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap (attitude)
siswa yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang di bawanya
pertanda awal yang baik bagi proses belajar belajar siswa tersebut.
3)
Bakat
Hampir tak
ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat
yang dimilki, akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi
banyak hal-hal yang selalu menghalangi untuk trcipatanya kondisi yang sangat
diingini oleh setiap orang. Dalam lingkungan sekolah (SMP, SMA) belum semua
sekolah member pelajaran pilihan bebas, yang memang sesuai dengan bakat
anak-anak. Memang diakui alat pengukur bakat yang benar-benar dapat diandalkan
sampai saat ini masih langka. Secara mudah, bila dijumpai muruid-murid
berprestasi sangat menonjol dalam bidang tertentu kiranya ini perlu mendapatkan
perhatian khusus, sebab ada kemungkinan anak tersebut mempunyai bakat dalam
bidang itu.
4)
Minat
Jika seseorang mempelajari sesuatu
dengan penuh minat, maka dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik,
sebaliknya kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuata, jangan
diharapkan bahwa akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut.
Karena persoalan yang biasa timbul ialah bagaimana mengusahakan agar hal yang
diinginkan sebagai pengalaman belajar itu menarik minat para pelajar atau
bagaimana cara menentukan agar para pelajar dapat belajar sesuai dengan
minatnya.
5)
Motivasi
Motivasi
belajar artinya bagaimana permulaannya seseorang itu mau belajar. Karena,
belajar merupakan suatau keharusan. Keinginan untuk hidup sebagai manusia haruslah
melakukan belajar. Belajar terjadi karena timbulnya kebutuhan. Kebutuhan inilah
yang mendorong sesorang ntuk belajar.
Motivasi
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbulnya dari dalam orang
yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau dorongan dari orang lain. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa motivasi instrinsik lebih efektif dalam mendorong
seseorang dalam belajar daripada motivasi ekstrinsik.
6)
Emosi
Sesuai dengan proses belajar dalam
perkembangan kehidupan sesorang maka terbentuklah suatu tipe atau keadaan
kepribadian tertentu, antara lain menjadi seseorang yang emosional, mudah putus
asa. Hal ini tentu ikut menentukan bagaimana ia menerima, menghayati pengalaman
yang diperoleh. Keadaan emosi yang labil, mudah marah, mudah t ersinggung,
merasa tertekan, dapat menggangu keberhasilan anak dalam belajar. Sedangkan,
perasaan gembira, bebas, merupakan aspek yang mendukung dalam kegiatan belajar.
7)
Kemampuan
Kognitif
Yang dimaksud dengan kemampuan
kognitif adalah kemampuan menalar yang dimiliki oleh siswa. Perlu diketahui
bahwa penalaran kognitif tidak akan berkembang dengan baik, tanpa adanya
latihan. Untuk itu, belajar secara teratur akan meningkatkan kemampuan kognitif
yang dimiliki seseorang.
- Faktor
Eksternal (faktor dari luar siswa)
Faktor
eksternal terdiri dari tiga macam, yaitu:
a)
Faktor
Lingkungan
- Lingkungan
alami
Yaitu
kondisi alam yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, seperti:
suhu udara, kelembaban udara, cuaca, musim yang sedang berlangsung, termasuk
kejadian alam yang ada.
- Lingkungan
sosial
Lingkungan
sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan, teman sekelas, masyarakat,
keluarga. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik
dan memperlihat suri tauladan yang baik. Kondisi masyarakat yang serba
kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Yang lebih banyak
mempengaruhi ialah orang tua dan keluarga siswa.
- Lingkungan
non sosial
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan non social ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar dan waktu yang digunakan
siswa. Factor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa.
Khusus
mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference),
seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari
lebih efektif daripada waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli,
hasil belajar tidak bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan
siswa (Dunn et al, 1986)
Dengan
demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang selama ini sering
dipercaya berpengaruh terhadap prestasi siswa, tak perlu dihiraukan. Sebab,
bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan system memori siswa
dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan
yang dipelajari siswa.
b)
Faktor-Faktor
Instrumental
Faktor-faktor
instrumental adalah faktor yang adanya dan pengujiannya dirancang sesuai dengan
hasil belajar yang diharapkan. Factor inilah yang dapat dimanipulasi untuk
mencapai tujuan belajar yang telah dirancang. Faktor instrumental antara lain:
1.
Kurikulum
Kurikulum sekolah yang belum mantap,
dapat mengganggu proses belajar siswa. Terutama siswa yang terkena aturan
perubahan kurikulum. Kurikulum yang baik, jelas, dan mantap memungkinkan para
siswa untuk dapat belajar lebih baik pula.
2.
Program
Program pendidikan dan pengajaran di
sekolah yang telah dirinci dalam suatu kegiatan yang jelas, akan memudahkan
siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan untuk mengikut program tersebut.
Program-program yang jelas tujuannya, sasarannya, waktunya, dan kegiatannya
membantu siswa dalam proses belajar
3.
Bahan atau
hal yang dipelajari
Bahan atau hal yang dipelajari akan
menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi dan akan menentukan pula
kuantitas maupun kualitas belajar. Berbeda dalam prose, berbeda pula dalam
hasil belajar.
4.
Sarana dan
fasilitas
Keadaan gedung/tempat belajar siswa,
termasuk penerangan, fentilasi, dan tempat duduk dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam belajar. Penerangan yang cukup, fentilasi yang memungkinkan
pergantian udara secara baik, tempat duduk yang memadai dan ruangan yang bersih
akan membuat iklim yang kondusif untuk belajar.
Alat-alat pelajaran lengkap,
perpustakaan yang memadai, koperasi, kantin, dan bursa buku merupakan factor
pendukung keberhasilan dan kemudahan bagi para siswa.
5.
Guru/tenaga
kerja
Kelengkapan jumlah tenaga pengajar
dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
belajar. Disamping itu, cara guru mengajar akan mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa.
Kemampuan guru, kedisiplinan dan
cara mengajar yang baik yang dimiliki oleh setiap guru, memungkinkan para murid
belajar secara baik.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri
perubahan yang spesifik. Di antara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi
karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
1.
Perubahan
Internasional
2.
Perubahan
Positif Dan Aktif
3.
Perubahan
Efektif Dan Fungsional
Keanekaragaman jenis
belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan manusia yang
juga bermacam-macam, yaitu
1. Belajar
Abstrak
2. Belajar Keterampilan
3. Belajar
Sosial
4. Belajar
Pemecahan Masalah
5. Belajar
Rasional
6. Belajar
Kebiasan
7. Belajar
Apresiasi
8. Belajar
Pengetahuan
Pendekatan belajar (approach to learning) dan strategi atau
kiat melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk faktor-faktor yang
turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa. Sering terjadi seorang siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta
(kognitif) yang lebih tinggi daripada teman-temannya, ternyata hanya mampu
mencapai hasil yang sama dengan yang dicapai teman-temannya. Faktor-faktor yang
dapat memengaruhi belajar yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri
siswa) dan faktor eksternal (faktor dari
luar siswa).
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini
pastilah banyak khilaf dan salah. Oleh karenanya kritik dan saran sangat dibutuhkan
demi terpenuhinya makalah dengan kriteria yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Syah, Muhibbin, Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya
Aleze Sabar, Psikologi
Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003
M. Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003
Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001
Water Hack Burns 2lb of Fat OVERNIGHT
BalasHapusWell over 160 thousand men and women are losing weight with a simple and SECRET "water hack" to burn 2lbs each and every night in their sleep.
It's simple and works on everybody.
This is how you can do it yourself:
1) Grab a drinking glass and fill it up half full
2) Proceed to follow this awesome HACK
so you'll become 2lbs lighter the very next day!